Masa ketika TikTok hanya dikenal sebagai platform video dance viral sudah lewat. Sekarang, TikTok telah menjadi mesin konversi yang kuat untuk brand eCommerce. Dengan iklan yang rata-rata mencatat conversion rate antara 1,1% hingga 2,4%, dan beberapa campaign di kategori fashion serta beauty mencapai angka impresif 16%, TikTok resmi masuk ke jajaran besar dalam performance marketing.
Namun, seperti platform lainnya, selalu ada tantangan. Meski sistem delivery iklan TikTok berkembang pesat, tools untuk reporting belum bisa mengikuti dengan baik. Ads Manager masih tergolong baru, seringkali membingungkan, dan jujur saja cukup terbatas jika dibandingkan dengan platform seperti Facebook atau Google. Hal ini menciptakan kesenjangan antara potensi konversi TikTok dan kemampuan Anda untuk benar-benar memahami apa yang mendorong hasil tersebut.
Perbedaan antara mengembangkan campaign pemenang atau justru membuang anggaran ada pada satu hal: reporting yang insightful. Panduan ini akan menunjukkan cara memaksimalkan nilai dari data TikTok Ads Anda, baik secara manual maupun dengan bantuan platform eCommerce analytics seperti Graas.
Mari kita mulai!
Banyak marketer terjebak pada vanity metrics, merayakan CTR tinggi padahal ROAS mereka justru anjlok. Laporan TikTok Ads yang benar-benar insightful mampu menyingkirkan “noise” dan menunjukkan hal yang benar-benar mendorong bisnis Anda maju.
Metrik permukaan tidak memberi tahu apa-apa tentang profitabilitas. Reporting yang lebih advance melacak cost per result berdasarkan creative hook, pembagian segmen audiens dengan korelasi lifetime value, dan analisis conversion assist—yang sangat penting untuk siklus pertimbangan yang lebih panjang di TikTok. Anda perlu tahu elemen kreatif mana yang tidak hanya mendorong engagement, tapi juga menghasilkan traffic berkualitas yang akhirnya berkonversi.
Hal paling penting terjadi ketika Anda menghubungkan performa creative dengan revenue attribution. Ini berarti melacak video hooks mana yang paling efektif untuk segmen audiens berbeda, mengaitkan alokasi spend dengan kenaikan revenue tambahan, serta mengidentifikasi kombinasi creative–audiens yang menghasilkan customer dengan nilai tertinggi. Tanpa revenue attribution, Anda ibarat mengoptimalkan dalam gelap.
Konteks adalah segalanya. Laporan Anda harus bisa menunjukkan pola performa musiman, efek cannibalization antar campaign, dan celah attribution lintas platform. TikTok sering berperan sebagai penggerak upper-funnel untuk konversi yang kemudian selesai di Google atau Facebook. Reporting Anda perlu menangkap keseluruhan customer journey ini, bukan hanya attribution last-click.
Setiap data point harus berujung pada sebuah aksi. Laporan yang lebih advance mencakup pemicu scaling yang jelas berdasarkan data cohort LTV, indikator creative fatigue yang memprediksi kapan aset perlu di-refresh, dan metrik audience saturation yang memberi sinyal kapan perlu memperluas targeting. Tujuannya bukan sekadar pengukuran, tapi membangun pendekatan sistematis terhadap alokasi budget agar kemenangan bisa terus berlipat ganda.
Membuat laporan TikTok Ads secara manual memberi Anda sedikit kendali atas penyajian data dan insights. Walau butuh lebih banyak pekerjaan langsung, cara ini memastikan Anda bisa menangkap metrik yang memang relevan untuk membantu campaign Anda.
Informasi ini benar—Anda bisa mengakses reporting melalui TikTok Ads Manager dengan login, lalu menemukan menu Analytics di bagian atas dashboard. Custom reports tersedia di bawah menu Custom Reports dalam bagian Analytics.
Pendekatan ini tepat. TikTok Ads Manager memungkinkan Anda memilih campaign, ad group, atau bahkan iklan individual untuk dibuat laporannya. Seleksi yang lebih spesifik membantu Anda fokus menganalisis area performa tertentu.
Metrik yang disebutkan semuanya valid sebagai TikTok advertising metrics. Platform ini menyediakan akses ke indikator performa utama termasuk:
Opsi kustomisasi ini memang tersedia. TikTok Ads Manager memungkinkan Anda untuk:
Fitur ekspor yang dijelaskan juga benar. TikTok Ads Manager mendukung:
Semua ini terdengar mudah dan rapi, namun seiring bisnis Anda berkembang, reporting manual bisa menjadi bottleneck. Data yang terpisah membuat analisis menyeluruh terhambat, attribution gap menciptakan blind spot, dan waktu yang dihabiskan untuk reporting mengurangi fokus pada optimasi. Untuk brand yang sedang bertumbuh, proses manual tidak akan mampu mengikuti kecepatan pengambilan keputusan yang dibutuhkan.
Meski TikTok Ads Manager sudah mencakup hal-hal dasar, tetap belum cukup untuk kebutuhan brand eCommerce yang lebih matang dalam pengambilan keputusan strategis. Kesenjangan ini semakin terasa saat campaign berkembang dan budget semakin besar.
TikTok berjalan dalam “ruang sendiri” di reporting bawaannya. Anda tidak bisa melihat bagaimana traffic dari TikTok berperilaku setelah masuk ke website, apakah pengguna yang menemukan brand Anda di TikTok kemudian melakukan konversi lewat retargeting Google atau Facebook, atau bagaimana posisi TikTok dalam funnel akuisisi yang lebih luas. Tampilan yang terisolasi ini membuat Anda mustahil memahami kontribusi sebenarnya TikTok terhadap revenue, yang sering berujung pada under-attribution dan salah alokasi budget antar channel.
Platform ini hanya menunjukkan performa campaign, tapi tidak bisa memberi tahu produk spesifik mana yang mendorong ROAS Anda. Anda tidak tahu apakah iklan beauty Anda lebih banyak menjual moisturizer atau serum, apakah campaign fashion Anda mendorong penjualan dress atau aksesori, atau SKU mana yang memiliki lifetime value tertinggi dari traffic TikTok. Tanpa insight di level produk, Anda tidak bisa mengoptimalkan creative messaging atau targeting audiens berdasarkan apa yang benar-benar laku.
Reporting TikTok sepenuhnya bersifat backward-looking. Tidak bisa memprediksi kapan creative fatigue akan muncul, mengidentifikasi waktu scaling yang optimal berdasarkan pola saturasi audiens, atau merekomendasikan realokasi budget sebelum performa menurun. Anda selalu bereaksi setelah masalah muncul alih-alih mencegahnya, sehingga melewatkan peluang optimasi penting yang sebenarnya bisa melipatgandakan hasil.
Segmentasi yang advanced sangat terbatas. Anda tidak bisa dengan mudah menganalisis bagaimana customer baru dibandingkan dengan yang kembali merespons pendekatan kreatif yang berbeda, membandingkan performa di berbagai pasar geografis dengan konteks yang bermakna, atau memahami bagaimana perilaku pengguna TikTok berbeda di setiap tahap funnel. Hal ini membuat hampir mustahil menciptakan strategi yang lebih detail dan berbasis data, yang mempertimbangkan lifecycle customer serta dinamika pasar.
Jika Anda ingin membangun rangkaian campaign TikTok Ads yang sukses, hal pertama yang perlu dilakukan adalah memecah data silos dan menghubungkan setiap metrik dengan hasil bisnis yang nyata.
Graas mengubah cara brand eCommerce melakukan TikTok reporting dengan mengatasi keterbatasan bawaan platform melalui enterprise-grade eCommerce analytics yang memang dirancang khusus untuk kebutuhan commerce modern.
Daripada harus membuka banyak tab dan spreadsheet, Graas memusatkan performa TikTok Anda berdampingan dengan Meta, Google, Shopee, Lazada, dan channel penting lainnya dalam satu tampilan yang komprehensif.
Pendekatan terpadu ini menampilkan customer journey yang sebenarnya, melacak bagaimana pengguna menemukan brand Anda di TikTok, melakukan riset di Google, dan mungkin melakukan konversi melalui Facebook retargeting.
Akhirnya, Anda bisa benar-benar memahami peran TikTok dalam strategi akuisisi yang lebih luas, sehingga memungkinkan alokasi budget yang lebih cerdas serta koordinasi campaign lintas platform.
Graas menjembatani kesenjangan antara engagement di TikTok dan revenue yang nyata dengan menghubungkan data iklan langsung ke platform eCommerce Anda.
Setiap impresi, klik, dan konversi terhubung dengan penjualan produk spesifik, sehingga Anda bisa melihat campaign TikTok mana yang mendatangkan customer bernilai tinggi dan pendekatan kreatif mana yang menggerakkan inventory paling menguntungkan.
Pendekatan revenue-first ini berarti Anda mengoptimalkan untuk pertumbuhan bisnis, bukan hanya sekadar metrik platform.
Lebih dari sekadar reporting historis, Graas menggunakan algoritma machine learning untuk mengidentifikasi pola dan memprediksi perubahan performa sebelum berdampak pada campaign Anda.
Platform ini secara proaktif menyarankan kapan harus me-refresh creative assets berdasarkan pola penurunan engagement, merekomendasikan peluang scaling optimal dengan menganalisis data saturasi audiens, serta memberi peringatan potensi pemborosan budget sebelum terjadi.
Insight berbasis AI ini mengubah pendekatan Anda dari reaktif menjadi prediktif.
Analisis yang kompleks jadi sederhana dengan tools segmentasi intuitif milik Graas. Anda bisa membagi performa TikTok berdasarkan cohort akuisisi customer, pasar geografis, kategori produk, atau objektif campaign tanpa perlu manipulasi data manual.
Apakah Anda ingin memahami bagaimana Gen Z di Asia Tenggara merespons format creative yang berbeda, atau membandingkan biaya akuisisi customer baru di berbagai wilayah, semua insight ini hanya berjarak beberapa klik saja—tanpa perlu keahlian spreadsheet.
Potensi konversi TikTok tidak bisa dipungkiri, tapi tanpa reporting yang canggih, bahkan campaign yang sukses pun bisa berubah menjadi pemborosan budget saat di-scale. Tools bawaan platform ini tidak mampu mengikuti kebutuhan strategis brand eCommerce yang sedang berkembang, yang membutuhkan predictive insights, cross-platform attribution, dan metrik yang terhubung langsung dengan revenue.
Graas mengubah TikTok advertising dari sekadar tebakan menjadi strategic advantage. Dengan menyatukan data Anda, menghubungkan setiap metrik dengan revenue yang nyata, serta memberikan rekomendasi berbasis AI, Anda akhirnya bisa memahami apa yang benar-benar mendorong pertumbuhan, bukan hanya sekadar engagement.
Siap membuka potensi penuh TikTok? Coba Graas dan mulai dapatkan insight lebih dalam dari campaign TikTok Anda dalam hitungan menit, bukan jam.