
Menjalankan Facebook dan Google Ads untuk bisnis eCommerce bisa terasa seperti menj juggling api—banyak hal yang dipertaruhkan dan banyak tuas yang harus ditarik.
AI tools seperti ChatGPT, Gemini, dan Perplexity memang menjanjikan proses yang lebih mudah dengan menghasilkan copy dan insight dengan cepat. Tapi ada satu hal yang sering dilewatkan banyak brand: GenAI hanya bisa memberi output yang sebaik prompt yang Anda berikan.
Rahasia sebenarnya untuk mendapatkan output yang konsisten bagus adalah prompt yang tepat. Kalau prompt Anda terlalu umum, hasilnya tidak akan kena sasaran dan campaign Anda yang menanggung akibatnya.
Tapi kalau prompt disusun dengan jelas dan tepat, AI bisa menghasilkan ad copy yang actionable dan siap meningkatkan konversi, bukan sekadar teks generik.
Di blog ini, kami akan menunjukkan bagaimana cara menyusun prompt yang berdampak maksimal.
Sebagian besar founder eCommerce suka dengan ide “iklan yang dibuat AI” karena cepat dan biayanya rendah. Tapi kenyataannya, sebagian besar output-nya tidak berhasil perform. Bukan karena AI-nya buruk, tetapi karena prompt-nya tidak memberi informasi berarti untuk dikerjakan.
Ini alasan kenapa banyak ad copy buatan AI akhirnya terdengar generik dan kurang efektif:
Ketika Anda meminta AI untuk “buatkan iklan,” AI akan menghasilkan copy yang paling generik dan repetitif, berdasarkan pola-pola umum dari data latihannya—dan terdengar seperti iklan lain di internet. Tanpa konteks tentang produk, audiens, atau penawaran, hasilnya jadi datar dan tidak bisa dipakai untuk campaign yang fokus performa.
AI tidak bisa mengoptimalkan hal yang tidak Anda tentukan. Jika Anda tidak menyebutkan apakah ingin CPA lebih rendah, CTR lebih tinggi, ROAS lebih kuat, atau funnel stage tertentu (prospecting vs. retargeting), AI tidak punya arah. Ia tidak tahu bagaimana menyesuaikan tone, angle, atau messaging agar selaras dengan tujuan performa Anda.
Setiap audiens punya perilaku yang berbeda. Ibu yang sibuk, pembeli tech-savvy, dan first-time buyer merespons trigger yang berbeda-beda. Tanpa detail persona, motivasi, keberatan, dan demografis yang jelas, AI tidak bisa membuat messaging yang relevan dan mampu mengonversi.
Facebook, Google, dan platform iklan lainnya tidak bisa diperlakukan sama. Masing-masing punya batas karakter, kebijakan konten, format kreatif, dan cara optimasi yang berbeda. Prompt yang generik mengabaikan hal-hal ini dan menghasilkan iklan yang bisa kena disapprove, tidak sesuai format, atau tidak menarik perhatian di feed.
Iklan yang perform tinggi tidak datang dari satu ide saja, tapi dari eksperimen yang terstruktur. Jika prompt tidak meminta beberapa variasi, testing angle, atau hipotesis yang jelas, Anda kehilangan peluang untuk A/B testing dan iterasi. Akhirnya Anda hanya punya satu copy “sekali bikin selesai” yang biasanya sulit untuk scale.
Prompt yang bagus tidak terjadi begitu saja—itu dirancang dengan sengaja. Berikut cara membuat prompt yang high-performing dan konsisten menghasilkan ad copy yang actionable dan siap pakai untuk platform iklan:
Mulailah dengan memberi tahu AI seperti apa bentuk “sukses” yang Anda inginkan. Misalnya, apakah Anda ingin meningkatkan CTR? Menurunkan CPC? Mendapatkan lebih banyak konversi? Atau meningkatkan ROAS untuk segmen audiens tertentu?Tanpa tujuan yang jelas, AI hanya akan memberi copy yang “terdengar bagus” tapi tidak terhubung dengan objective campaign Anda.
AI bekerja lebih baik ketika ia tahu sedang berbicara kepada siapa. Sertakan detail seperti demografi, minat, intent membeli, keberatan, hingga recency (misalnya “orang yang melihat produk dalam 30 hari terakhir”).
Semakin spesifik persona-nya, semakin tepat dan persuasif messaging yang dihasilkan.
Ingin iklan Anda terdengar playful, premium, urgent, atau trust-building? Beri tahu AI secara jelas.
Juga sebutkan CTA yang Anda butuhkan seperti “Shop Now”, “Apply Today”, atau “Buy with 10% Off”, supaya copy selaras dengan intent konversi Anda.
Want your ad to sound playful, premium, urgent, or trust-building? Tell the AI exactly that. Also specify the exact CTA you want, like “Shop Now,” “Apply Today,” “Buy with 10% Off”, so the copy aligns with your conversion intent.
Prompt yang high-performing biasanya mengikuti struktur yang jelas. Instruksikan AI untuk membatasi jumlah karakter, membuat beberapa variasi, dan memformat output dalam bentuk headline, primary text, dan CTA.
Anda juga bisa meminta AI menambahkan ide visual atau konsep creative, serta memberi label setiap versi untuk memudahkan A/B testing.Constraint seperti ini memastikan output akhirnya ringkas, usable, dan siap dimasukkan langsung ke Ads Manager tanpa banyak revisi.
Berikut 10 prompt siap pakai yang dirancang untuk membantu Anda membuat ad copy yang berfokus pada konversi:
Prompt plug-and-play untuk membuat creative yang cepat, compliant, dan siap mendorong konversi.
Prompt:
“Anda adalah seorang performance copywriter. Product: {product_name}. Audience: {target_audience}. Goal: {objective, misalnya ‘purchase’}. Constraints: Headline ≤ 40 karakter, Primary text ≤ 125 karakter. Output: 3 varian iklan, masing-masing berisi headline, primary text, CTA, ide gambar, dan 1 A/B test hypothesis per varian.”
Contoh Input:
Buat responsive search ads berkualitas tinggi, keyword cluster, dan daftar negative keyword secara instan.
Prompt:
“Anda adalah seorang search strategist. Product: {product_name}. Keywords: {seed_keywords}. Landing Page: {landing_url}. Output: 6 responsive ad headline (≤30 karakter), 2 description (≤90 karakter), 20 variasi keyword, 5 negative keyword, dan 2 ide ad group yang diorganisir berdasarkan intent.”
Sangat cocok untuk membentuk custom audience yang lebih tepat dan scale lookalike yang menguntungkan.
Prompt:
“Anda adalah seorang market research analyst. Dengan {audience_profile} dan sinyal seperti {past_purchasers_data} dan {recent_visitors_data}, ajukan 3 lookalike audience, 3 custom audience rules, dan 1 exclusion list. Sertakan estimasi ukuran audience dan rekomendasi pembagian budget.”
Ubah raw metrics menjadi rencana scaling yang terstruktur dan realistis.
Prompt:
“Anda adalah seorang campaign optimizer. Dengan metrics (CPA: {CPA}, AOV: {AOV}, Margin: {margin}), buat rencana scaling 30 hari yang menunjukkan pembagian budget per minggu, bid strategy, channel splits, dan expected conversions.”
Hindari disapproval dan lindungi ad account Anda dari penalti.
Prompt:
“Anda adalah seorang compliance reviewer. Review ad copy ini: {ad_copy}. Soroti bagian yang berisiko menurut kebijakan Meta dan Google, tulis ulang agar compliant, dan berikan penjelasan untuk setiap koreksi.”
Ubah warm audience menjadi penjualan dengan penawaran dinamis dan messaging berbasis urgensi.
Prompt:
“nda adalah seorang retargeting strategist. Product: {product_name}. Audience: pengguna yang mengunjungi {landing_url} dalam 14 hari terakhir atau menambahkan produk ke cart. Buat 3 varian iklan dengan messaging berbasis urgensi, penawaran dinamis jika ada, CTA, dan ide visual yang disarankan untuk meningkatkan konversi.”
Buat creative siap-holiday yang cocok untuk format Meta dan Google.
Prompt:
“Anda adalah seorang seasonal campaign specialist. Product: {product_name}. Campaign: {holiday/season}. Buat 3 varian iklan untuk Facebook dan Google termasuk festive copy, headline, CTA, creative yang disarankan, dan rekomendasi alokasi budget jangka pendek.”
Ubah satu winning creative menjadi mesin performa multi-channel.
Prompt:
“Anda adalah seorang cross-channel marketer. Adaptasi high-performing Facebook ad ini: {fb_ad_variant} ke berbagai format: (1) Google responsive search ad dengan headlines ≤30 karakter dan descriptions ≤90 karakter, (2) Instagram Story ad ≤125 karakter dengan saran visual, (3) konsep YouTube Short berdurasi 6–12 detik. Jaga agar messaging tetap konsisten dan teroptimasi untuk masing-masing platform.”
Masukkan disiplin data ke setiap eksperimen creative.
Prompt:
“Anda adalah seorang growth marketer. Untuk ad variants berikut: {ad_variants}, buat 3 hypothesis yang dapat dites. Setiap hypothesis harus mencakup variasi yang diuji secara spesifik, expected metric improvement (misalnya, +10% CTR, -8% CPA), audience segment untuk pengujian, serta rekomendasi sample size dan durasi tes.”
Lakukan perubahan cerdas berdasarkan performa nyata, bukan tebak-tebakan.
Prompt:
“Anda adalah seorang campaign analyst. Analisis campaign data ini: {ad_campaign_data} termasuk spend, clicks, impressions, CTR, conversions, dan CPA. Rekomendasikan 3 perubahan prioritas di sisi copy, audience, dan budget, dan berikan alasan singkat beserta proyeksi dampaknya terhadap CPA atau ROAS.”
AI prompt yang tepat adalah langkah pertama menuju iklan berkinerja tinggi, tetapi scale yang sebenarnya datang dari kombinasi input yang kuat dengan automation yang cerdas. 10 tactical prompt ini akan membantu Anda menghasilkan creative yang lebih tajam, targeting yang lebih presisi, dan keputusan budget yang lebih efisien di seluruh campaign Facebook dan Google Anda.
Saat Anda mengujinya, track setiap versi, setiap hypothesis, dan setiap perubahan performa. Seiring waktu, prompt Anda akan berubah menjadi playbook yang bisa digunakan kembali untuk berbagai produk, audience, dan musim, sehingga mesin iklan Anda menjadi lebih cepat dan lebih mudah diprediksi.
Dan ketika Anda siap melampaui manual prompting, tools seperti AI Agents (seperti hoppr) bisa mengambil alih pekerjaan berat. Mereka mengotomatisasi pembuatan prompt, pengujian, dan optimasi, membantu campaign Anda terus belajar dan berkinerja lebih baik di setiap siklus.
Menjalankan Facebook dan Google Ads untuk bisnis eCommerce bisa terasa seperti menj juggling api—banyak hal yang dipertaruhkan dan banyak tuas yang harus ditarik.
AI tools seperti ChatGPT, Gemini, dan Perplexity memang menjanjikan proses yang lebih mudah dengan menghasilkan copy dan insight dengan cepat. Tapi ada satu hal yang sering dilewatkan banyak brand: GenAI hanya bisa memberi output yang sebaik prompt yang Anda berikan.
Rahasia sebenarnya untuk mendapatkan output yang konsisten bagus adalah prompt yang tepat. Kalau prompt Anda terlalu umum, hasilnya tidak akan kena sasaran dan campaign Anda yang menanggung akibatnya.
Tapi kalau prompt disusun dengan jelas dan tepat, AI bisa menghasilkan ad copy yang actionable dan siap meningkatkan konversi, bukan sekadar teks generik.
Di blog ini, kami akan menunjukkan bagaimana cara menyusun prompt yang berdampak maksimal.
Sebagian besar founder eCommerce suka dengan ide “iklan yang dibuat AI” karena cepat dan biayanya rendah. Tapi kenyataannya, sebagian besar output-nya tidak berhasil perform. Bukan karena AI-nya buruk, tetapi karena prompt-nya tidak memberi informasi berarti untuk dikerjakan.
Ini alasan kenapa banyak ad copy buatan AI akhirnya terdengar generik dan kurang efektif:
Ketika Anda meminta AI untuk “buatkan iklan,” AI akan menghasilkan copy yang paling generik dan repetitif, berdasarkan pola-pola umum dari data latihannya—dan terdengar seperti iklan lain di internet. Tanpa konteks tentang produk, audiens, atau penawaran, hasilnya jadi datar dan tidak bisa dipakai untuk campaign yang fokus performa.
AI tidak bisa mengoptimalkan hal yang tidak Anda tentukan. Jika Anda tidak menyebutkan apakah ingin CPA lebih rendah, CTR lebih tinggi, ROAS lebih kuat, atau funnel stage tertentu (prospecting vs. retargeting), AI tidak punya arah. Ia tidak tahu bagaimana menyesuaikan tone, angle, atau messaging agar selaras dengan tujuan performa Anda.
Setiap audiens punya perilaku yang berbeda. Ibu yang sibuk, pembeli tech-savvy, dan first-time buyer merespons trigger yang berbeda-beda. Tanpa detail persona, motivasi, keberatan, dan demografis yang jelas, AI tidak bisa membuat messaging yang relevan dan mampu mengonversi.
Facebook, Google, dan platform iklan lainnya tidak bisa diperlakukan sama. Masing-masing punya batas karakter, kebijakan konten, format kreatif, dan cara optimasi yang berbeda. Prompt yang generik mengabaikan hal-hal ini dan menghasilkan iklan yang bisa kena disapprove, tidak sesuai format, atau tidak menarik perhatian di feed.
Iklan yang perform tinggi tidak datang dari satu ide saja, tapi dari eksperimen yang terstruktur. Jika prompt tidak meminta beberapa variasi, testing angle, atau hipotesis yang jelas, Anda kehilangan peluang untuk A/B testing dan iterasi. Akhirnya Anda hanya punya satu copy “sekali bikin selesai” yang biasanya sulit untuk scale.
Prompt yang bagus tidak terjadi begitu saja—itu dirancang dengan sengaja. Berikut cara membuat prompt yang high-performing dan konsisten menghasilkan ad copy yang actionable dan siap pakai untuk platform iklan:
Mulailah dengan memberi tahu AI seperti apa bentuk “sukses” yang Anda inginkan. Misalnya, apakah Anda ingin meningkatkan CTR? Menurunkan CPC? Mendapatkan lebih banyak konversi? Atau meningkatkan ROAS untuk segmen audiens tertentu?Tanpa tujuan yang jelas, AI hanya akan memberi copy yang “terdengar bagus” tapi tidak terhubung dengan objective campaign Anda.
AI bekerja lebih baik ketika ia tahu sedang berbicara kepada siapa. Sertakan detail seperti demografi, minat, intent membeli, keberatan, hingga recency (misalnya “orang yang melihat produk dalam 30 hari terakhir”).
Semakin spesifik persona-nya, semakin tepat dan persuasif messaging yang dihasilkan.
Ingin iklan Anda terdengar playful, premium, urgent, atau trust-building? Beri tahu AI secara jelas.
Juga sebutkan CTA yang Anda butuhkan seperti “Shop Now”, “Apply Today”, atau “Buy with 10% Off”, supaya copy selaras dengan intent konversi Anda.
Want your ad to sound playful, premium, urgent, or trust-building? Tell the AI exactly that. Also specify the exact CTA you want, like “Shop Now,” “Apply Today,” “Buy with 10% Off”, so the copy aligns with your conversion intent.
Prompt yang high-performing biasanya mengikuti struktur yang jelas. Instruksikan AI untuk membatasi jumlah karakter, membuat beberapa variasi, dan memformat output dalam bentuk headline, primary text, dan CTA.
Anda juga bisa meminta AI menambahkan ide visual atau konsep creative, serta memberi label setiap versi untuk memudahkan A/B testing.Constraint seperti ini memastikan output akhirnya ringkas, usable, dan siap dimasukkan langsung ke Ads Manager tanpa banyak revisi.
Berikut 10 prompt siap pakai yang dirancang untuk membantu Anda membuat ad copy yang berfokus pada konversi:
Prompt plug-and-play untuk membuat creative yang cepat, compliant, dan siap mendorong konversi.
Prompt:
“Anda adalah seorang performance copywriter. Product: {product_name}. Audience: {target_audience}. Goal: {objective, misalnya ‘purchase’}. Constraints: Headline ≤ 40 karakter, Primary text ≤ 125 karakter. Output: 3 varian iklan, masing-masing berisi headline, primary text, CTA, ide gambar, dan 1 A/B test hypothesis per varian.”
Contoh Input:
Buat responsive search ads berkualitas tinggi, keyword cluster, dan daftar negative keyword secara instan.
Prompt:
“Anda adalah seorang search strategist. Product: {product_name}. Keywords: {seed_keywords}. Landing Page: {landing_url}. Output: 6 responsive ad headline (≤30 karakter), 2 description (≤90 karakter), 20 variasi keyword, 5 negative keyword, dan 2 ide ad group yang diorganisir berdasarkan intent.”
Sangat cocok untuk membentuk custom audience yang lebih tepat dan scale lookalike yang menguntungkan.
Prompt:
“Anda adalah seorang market research analyst. Dengan {audience_profile} dan sinyal seperti {past_purchasers_data} dan {recent_visitors_data}, ajukan 3 lookalike audience, 3 custom audience rules, dan 1 exclusion list. Sertakan estimasi ukuran audience dan rekomendasi pembagian budget.”
Ubah raw metrics menjadi rencana scaling yang terstruktur dan realistis.
Prompt:
“Anda adalah seorang campaign optimizer. Dengan metrics (CPA: {CPA}, AOV: {AOV}, Margin: {margin}), buat rencana scaling 30 hari yang menunjukkan pembagian budget per minggu, bid strategy, channel splits, dan expected conversions.”
Hindari disapproval dan lindungi ad account Anda dari penalti.
Prompt:
“Anda adalah seorang compliance reviewer. Review ad copy ini: {ad_copy}. Soroti bagian yang berisiko menurut kebijakan Meta dan Google, tulis ulang agar compliant, dan berikan penjelasan untuk setiap koreksi.”
Ubah warm audience menjadi penjualan dengan penawaran dinamis dan messaging berbasis urgensi.
Prompt:
“nda adalah seorang retargeting strategist. Product: {product_name}. Audience: pengguna yang mengunjungi {landing_url} dalam 14 hari terakhir atau menambahkan produk ke cart. Buat 3 varian iklan dengan messaging berbasis urgensi, penawaran dinamis jika ada, CTA, dan ide visual yang disarankan untuk meningkatkan konversi.”
Buat creative siap-holiday yang cocok untuk format Meta dan Google.
Prompt:
“Anda adalah seorang seasonal campaign specialist. Product: {product_name}. Campaign: {holiday/season}. Buat 3 varian iklan untuk Facebook dan Google termasuk festive copy, headline, CTA, creative yang disarankan, dan rekomendasi alokasi budget jangka pendek.”
Ubah satu winning creative menjadi mesin performa multi-channel.
Prompt:
“Anda adalah seorang cross-channel marketer. Adaptasi high-performing Facebook ad ini: {fb_ad_variant} ke berbagai format: (1) Google responsive search ad dengan headlines ≤30 karakter dan descriptions ≤90 karakter, (2) Instagram Story ad ≤125 karakter dengan saran visual, (3) konsep YouTube Short berdurasi 6–12 detik. Jaga agar messaging tetap konsisten dan teroptimasi untuk masing-masing platform.”
Masukkan disiplin data ke setiap eksperimen creative.
Prompt:
“Anda adalah seorang growth marketer. Untuk ad variants berikut: {ad_variants}, buat 3 hypothesis yang dapat dites. Setiap hypothesis harus mencakup variasi yang diuji secara spesifik, expected metric improvement (misalnya, +10% CTR, -8% CPA), audience segment untuk pengujian, serta rekomendasi sample size dan durasi tes.”
Lakukan perubahan cerdas berdasarkan performa nyata, bukan tebak-tebakan.
Prompt:
“Anda adalah seorang campaign analyst. Analisis campaign data ini: {ad_campaign_data} termasuk spend, clicks, impressions, CTR, conversions, dan CPA. Rekomendasikan 3 perubahan prioritas di sisi copy, audience, dan budget, dan berikan alasan singkat beserta proyeksi dampaknya terhadap CPA atau ROAS.”
AI prompt yang tepat adalah langkah pertama menuju iklan berkinerja tinggi, tetapi scale yang sebenarnya datang dari kombinasi input yang kuat dengan automation yang cerdas. 10 tactical prompt ini akan membantu Anda menghasilkan creative yang lebih tajam, targeting yang lebih presisi, dan keputusan budget yang lebih efisien di seluruh campaign Facebook dan Google Anda.
Saat Anda mengujinya, track setiap versi, setiap hypothesis, dan setiap perubahan performa. Seiring waktu, prompt Anda akan berubah menjadi playbook yang bisa digunakan kembali untuk berbagai produk, audience, dan musim, sehingga mesin iklan Anda menjadi lebih cepat dan lebih mudah diprediksi.
Dan ketika Anda siap melampaui manual prompting, tools seperti AI Agents (seperti hoppr) bisa mengambil alih pekerjaan berat. Mereka mengotomatisasi pembuatan prompt, pengujian, dan optimasi, membantu campaign Anda terus belajar dan berkinerja lebih baik di setiap siklus.